TIMIKA, nemangkawipos.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika, Dolfin Beanal, menanggapi peristiwa meninggalnya dua pendaki di Puncak Carstensz pada 28 Maret lalu. Menurut Dolfin, Puncak Carstensz merupakan tempat sakral bagi masyarakat adat setempat, sehingga tidak bisa sembarangan dikunjungi tanpa izin dari lembaga adat.
“Masyarakat sudah sampaikan bahwa tempat itu sakral, pamali,” katanya saat diwawancarai pada Senin (3/3/2025).
Sebagai bagian dari masyarakat asli setempat, Dolfin mengaku memahami betul aturan adat yang berlaku di Puncak Carstensz. Ia bahkan tidak berani sembarangan naik ke sana, karena mengetahui bahwa tempat tersebut memiliki nilai sakral yang tinggi.
“Orang tua sudah kasih tahu aturan adatnya. Saya sendiri takut naik ke sana karena saya tahu tempat itu sakral. Tidak bisa sembarangan. Apalagi kalau orang luar yang tidak tahu dan sembarangan mencoba masuk,” tegasnya.
Dolfin meminta Pemerintah Kabupaten Mimika lebih tegas dalam mengatur aktivitas pendakian ke Puncak Carstensz. Ia menilai bahwa harus ada regulasi yang jelas, termasuk keterlibatan pemerintah daerah dan persetujuan dari masyarakat adat sebelum izin pendakian diberikan.
“Pemerintah harus ikut mengawasi. Setiap perjalanan, besar atau kecil, harus diketahui oleh pemerintah. Jika memang diizinkan, harus ada surat resmi dari Pemda, tetapi tetap harus ada izin dari masyarakat adat,” ujarnya.
Sebelumnya, diberitakan bahwa dua pendaki asal Jakarta dan Bandung, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia setelah kembali dari Puncak Carstensz pada 1 Maret 2025. Mereka diduga mengalami hipotermia atau acute mountain sickness (AMS).
Menurut Dolfin, tragedi ini terjadi karena masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat tidak diikutsertakan dalam pemberian izin pendakian.
“Dua pendaki yang meninggal ini terjadi karena mengabaikan masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat setempat. Saya sudah sampaikan sebelumnya, tempat itu sakral. Kalau lembaga adat mengizinkan, silakan. Kalau tidak, tetap akan ada kejadian seperti ini,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa kejadian serupa telah berulang kali terjadi dalam sejarah, sebagai bukti bahwa melanggar aturan adat dapat berakibat fatal.
“Kalau orang sudah melanggar aturan adat, tetap saja celaka. Ini baru dua orang, kalau pendaki semakin banyak, pasti akan ada korban lagi. Jangan salahkan masyarakat, karena mereka sudah sampaikan bahwa tempat itu sakral atau pamali,” tegasnya.
Dolfin berharap kejadian ini menjadi peringatan bagi semua pihak, terutama pemerintah dan operator pendakian, agar lebih menghormati aturan adat dalam mengelola pendakian ke Puncak Carstensz.