TIMIKA, Nemangkawipos.com — Ketua Fraksi Partai Golkar DPRK Kabupaten Mimika, Hj. Iwan Amwar, angkat bicara mengenai fenomena kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di Kabupaten Mimika belakangan ini.
Menurutnya, situasi tersebut sangat ironis karena di satu sisi masyarakat kesulitan mendapatkan BBM di SPBU, namun di sisi lain masih banyak penjualan BBM secara eceran di jalanan dengan harga yang tidak wajar.
“Fenomena ini unik. Di SPBU terjadi kelangkaan, tapi di sisi lain ada yang menjual BBM eceran. Pertanyaannya, BBM itu mereka dapat dari mana? Kalau dijual dengan harga wajar tidak masalah, tapi sekarang sudah tidak masuk akal — ada yang jual Rp40 ribu, Rp50 ribu bahkan sampai Rp100 ribu per botol,” ujar Iwan Amwar usai melakukan kegiatan reses, Selasa (7/10/2025).
Ia menilai kondisi ini sangat meresahkan masyarakat, terutama para pelaku ekonomi kecil yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar.
“Kalau pun ada pengecer, jangan sampai terlalu berlebihan. Kita tahu BBM bersubsidi seperti Pertalite itu berasal dari pemerintah dengan harga yang sudah ditetapkan. Jadi alangkah tidak pantas jika bahan bakar subsidi dijual kembali dengan harga berlipat-lipat,” tegasnya.
Iwan juga mengusulkan agar SPBU di Timika membuka layanan 24 jam untuk mengantisipasi antrean panjang, sekaligus memastikan masyarakat bisa mendapatkan BBM secara merata.
“Alhamdulillah, dengan adanya pasokan yang mulai masuk, antrean panjang sudah mulai berkurang. Tapi Pertamina dan pengelola SPBU harus lebih sigap, jangan menunggu kelangkaan baru bertindak,” katanya.
Lebih lanjut, Iwan menyebut bahwa masalah kelangkaan BBM bukan hal baru di Mimika karena kerap terjadi setiap akhir tahun dengan alasan faktor cuaca. Namun, ia menegaskan bahwa alasan tersebut tidak boleh terus dijadikan pembenaran.
“Ini persoalan klasik. Setiap akhir tahun selalu muncul alasan cuaca. Padahal kita sudah tahu kapan musim angin dan ombak di Mimika. Jadi seharusnya bisa diprediksi dan diantisipasi jauh hari,” tegasnya.
Ia berharap pihak Pertamina dapat memperbaiki sistem distribusi dan perencanaan agar masalah serupa tidak berulang di tahun-tahun mendatang.
“Kalau sistem kerja dirancang dengan baik dan waktu pengiriman diperhitungkan, saya yakin kelangkaan ini bisa diatasi,” pungkasnya.