Example floating
Example floating
Example 728x250
Pemerintahan

Araminus Omaleng Apresiasi Usulan Perubahan Nama Cartenz Menjadi Puncak Gunung Nemangkawi Ningong

262
×

Araminus Omaleng Apresiasi Usulan Perubahan Nama Cartenz Menjadi Puncak Gunung Nemangkawi Ningong

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

TIMIKA,nemangkawipos.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Tengah, Araminus Omaleng, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap usulan Peraturan Daerah (Perda) yang diajukan oleh Komisi II DPRK Mimika, khususnya terkait perubahan nama Gunung Cartenz menjadi Puncak Gunung Nemangkawi Ningong.

Menurut Araminus, usulan tersebut bukan hanya sekadar perubahan nama, melainkan memiliki nilai spiritual dan identitas budaya yang sangat penting bagi suku Amungme, sebagai pemilik hak ulayat dari wilayah pegunungan tersebut.

“Nama asli dari gunung itu adalah roh, semangat, dan identitas dari suku Amungme. Saya sangat mengapresiasi usulan ini dan berharap semua anggota Bapemperda dapat bekerja sama untuk mendorongnya hingga menjadi Perda,” ujar Araminus kepada Nemangkawipos.com, Rabu (3/7/2025).

Baca Juga :

Selain perubahan nama gunung, Araminus juga menyatakan dukungan terhadap usulan perubahan desain dan simbol Bundaran Petrosea, yang selama ini dinilai tidak merepresentasikan identitas lokal.

“Patung di bundaran itu tidak jelas maknanya. Sudah saatnya bundaran Petrosea menghadirkan ikon atau simbol yang merepresentasikan dua suku besar di Mimika, yakni Amungme dan Kamoro,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya mewujudkan simbol-simbol budaya lokal dalam ruang publik sebagai bentuk penghargaan terhadap masyarakat asli.

Araminus juga mendorong agar proses pembentukan Perda dilakukan secara serius dan profesional, termasuk dengan menyusun naskah akademik yang komprehensif, serta melibatkan pihak-pihak terkait seperti tokoh adat, akademisi, dan masyarakat.

“Ini bukan hanya soal nama gunung, tapi juga bisa dilanjutkan dengan mempertimbangkan nama-nama jalan yang mencerminkan identitas lokal. Ini langkah besar dan menjadi terobosan penting bagi generasi kami ke depan,” tambahnya.

Menurutnya, kebijakan seperti ini adalah bagian dari semangat membangun Mimika tanpa melepaskan akar budaya dua suku asli  Amungme dan Kamoro.

“Begini cara kita menghargai mereka, dengan memberi tempat bagi budaya dan identitas mereka dalam kebijakan dan simbol-simbol publik,” tutup Araminus.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *