TIMIKA, Nemangkawipos.com – Genap sudah 80 tahun Indonesia merdeka. Namun di Distrik Hoya, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, kata “merdeka” masih terasa jauh dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Untuk sekadar menyeberang sungai antar kampung, nyawa warga harus menjadi taruhan.
Tokoh pemuda Distrik Hoya, Anton Ogolmagai, mengungkapkan kondisi nyata yang dihadapi warganya. Dari Jementi ke Kampung Jawa Kepala Air, hingga dari Kampung Hoya menuju Mamontoga, masyarakat harus melewati jembatan gantung rapuh dan berbahaya.
“Dimanakah kemerdekaan sesungguhnya? Apakah kami bukan bagian dari NKRI sehingga tidak disentuh pembangunan? Kami hidup jauh dari kata sejahtera, bahkan untuk akses penyebrangan saja sangat sulit,” ungkap Anton, Senin (25/8/2025).
Ia menjelaskan, jembatan gantung yang ada saat ini kerap membahayakan keselamatan warga, terlebih saat musim hujan ketika arus sungai deras. Situasi itu, lanjutnya, menghambat pelayanan dasar masyarakat.
“Kondisi sulit ini menghambat pendidikan, kesehatan, dan perekonomian kami. Kami sangat berharap adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah untuk membangun jembatan yang kokoh dan aman, agar kami bisa hidup lebih layak dan terhubung dengan baik satu sama lain. Tolong jangan biarkan kami terus terisolasi dalam ketidakpastian dan bahaya,” tegas Anton.
Masyarakat Distrik Hoya berharap momentum 80 tahun kemerdekaan ini bisa menjadi titik balik perhatian pemerintah, agar pembangunan merata hingga ke pelosok Mimika.